Senin, 29 September 2014

Perjalanan Nopendi & Sidik kearah timur


Kisah Kasih Nopendi Dan Sidik
Karya: Muhammad Rizal I.

Suara tikus merintih kesakitan terdengar dari arah rumah Nopendi sore itu. Bau anyir darah diiringi aroma bunga dan kemenyan mengiringi matahari yang akan pulang setelah menemani langkah warga Desa Boja. Setiap orang yang melintas didepan rumah Nopendi pasti berhenti kebingungan, sembil melihat kearah rumah kecil itu. Tetapi tak satupun orang yang berani masuk bahkan mendekati rumah Nopendi. Warga desa tidak berani masuk kerumah itu karena Nopendi adalah seorang dukun yang terkenal jahat, dan suka mencari tumbal dalam ritual-ritualnya.
            Sidik seorang pensiunan pembalap yang saat ini bekerja sebagai penjual nasi kucing di daerah Semarang, belum lama tinggal di Desa Boja dan belum mengenal sosok Nopendi. Sore itu Sidik melintas di depan rumah Nopendi. Seperti warga yang lain, Sidik pun berhenti dan menoleh kerumah Nopendi.      
Sidik pun tidak bisa menahan rasa penasaranya. Ia turun dari motor besarnya, dan perlahan mendekati rumah itu. Ketika Sidik berada 3 meter dari pintu rumah, tiba-tiba 5 Jin peliharaan Nopendi keluar menyerupai ular yang besar. Sidik secara sepontan mengambil ranting kecil yang berada dibawahnya. Tapi Sidik berfikir bahwa ranting kecil itu tidak mungkin bisa membunuh ular sebesar itu. Sidik melangkah menjauh dari ular itu, akhirnya Sidik ingat akan kisah Nabi Musa. Sidik pun berdo’a meminta perlindungan dari tuhan, lalu ia melemparkan ranting kecil itu kearah ular jadi jadian milik Nopendi. Tiba-tiba ranting itu berubah menjadi seekor ular yang lebih besar dari ular milik Nopendi, akhirnya ular Sidik menang melawan ular Nopendi.
            Sidik kembali mendekati pintu, dan mencari celah agar bisa melihat keadaan didalam rumah. Sidik pun meneteskan air mata, karena ia melihat ribuan tikus bergeletekan di dalam ember-ember besar. Tetapi Sidik tidak melihat Nopendi didalam rumah itu.
            Sidik tetap memantau keadaan dalam rumah. Tiba-tiba ada orang yang mencubit bokong Sidik. Perlahan-lahan Sidik menoleh kebelakang, ternyata orang itu adalah Nopendi yang tangan kirinya berlumur darah dan tangan kananya memegang pisau besar.
            “Jangan,pak..jangan bunuh saya” ucap Sidik ketakutan.
            “Tidak,mas.Saya tidak akan membunuh anda,silahkan masuk!” Balas Nopendi
            Dengan tipu daya sihir akhirnya Sidik masuk kerumah Nopendi, ia pun duduk diatas karung berisi beras.
            “Tikus sebanyak ini mau dibuat apa,pak?”Tanya Sidik
            “Ohh..tikus-tikus ini, sebenarnya adalah sebuah pemikiran kreatif diri saya, saya ingin mengolah tikus-tikus ini menjadi pepes tikus” jawab Nopendi tanpa merasa dosa.
            “Kenapa anda membuat pepes berbahan dasar tikus,pak?apakah anda tidak merasa berdosa melakukan ini?”Tanya Sidik kembali.
            “Saya merasa berdosa sebenarnya,mas.Tetapi di Desa Boja ini banyak tikus yang membuat gagal panen para petani” Jawab Nopendi
            “Tetapi apakah konsumen tidak merasa jijik ketika menyantap pepes tikus ini?” Sidik bartanya kembali.
            “Perlu anda tahu,mas.Bahwa penggemar pepes tikus di kabupaten ini begitu besar dan  terus bertambah setiap harinya.Kata pelanggan pepes tikus ini lebih enak daripada pepes ikan” Jawab Nopendi. Sidik terdiam mendengar semua pernyataan Nopendi.
            “Apakah ada efeknya ketika memakan pepes ini,pak?”Sidik kembali bertanya.
            “Kalau makan pepes ini pastinya ada efeknya,mas. Salah satunya akan membuat konsumen merasakan sensasi terbang, selain itu pepes ini juga bisa menjaga kesehatan gigi pada anak-anak” Jawab Nopendi.
            Sidik berfikir bahwa bisnis pepes tikus ini pasti menguntungkan. Akhirnya Sidik ingin bekerjasama dengan Nopendi,agar angkringan miliknya bertambah sukses.
            “Bagaimana jika pepes tikus ini kita jual diangkringan milik saya,pak?lalu keuntungan dapat kita bagi”Tawaran Sidik.
            “Ide yang bagus itu,mas.Dimana lokasi angkringan anda?”Tanya Nopendi.
            “Ya di Semarang sana,pak”jawab Sidik.
            Dengan muka bahagia Nopendi memandangi Sidik dan berkata “Oke.Jika,mas Sidik mau. Besok pagi kita mencaci tikus dan siangnya akan saya olah”
            “Baiklah,pak” jawab Sidik
            “Tapi kapan saya harus mengirimnya ke Semarang?” Tanya Nopendi dengan muka berseri.
            “Besok kalau pepesnya sudah jadi sms saja,pak” balas Sidik.
            “Oke,mas.Saya minta nomer HP kamu!” Kata Nopendi.
            “087739736210” Sidik memberikan nomor HPnya
            “Terimakasih,mas.Semoga bisnis kita ini lancar”ucap Nopendi
            “Amin” jawab Sidik.
            Akhirnya Sidik pulang, sampai dirumah ia menyiapkan alat penangkap tikus. Setelah selesai, ia langsung tidur agar besok tidak kesiangan.
            Pagi pagi sekali Sidik sudah bangun, ia langsung sholat subuh. Setelah Sidik sholat subuh,ia langsung menuju rumah Nopendi untuk mencari tikus bersama-sama. Siang harinya Nopendi langsung mengolah tikus hasil tangkapan agar menjadi pepes.
            Pukul 4 sore, pepes Nopendi akhirnya jadi. Nopendi langsung mengabarkanya kepada Sidik. Setelah beberapa saat akhirnya Sidik datang dengan membawa drum besar untuk menyimpan pepes tikus agar tidak tertangkap polisi.
            Mereka berdua langsung pergi ke bandara untuk menuju ke Semarang. Ketika sampai di bandara mereka melihat pemulung tua, yang membawa karung besar berisi sampah plastik. Pemulung itu terlihat begitu lelah tetapi terus berjalan mencari sampah demi menghidupi keluarganya.
Nopendi dan Sidik berfikir bahwa dalam menjalani hidup kita tidak boleh hanya memikirkan keuntungan yang besar untuk diri kita sendiri tanpa memikirkan orang lain. Mereka berfikir bahwa menjual pepes tikus ini sebenarnya merugikan para konsumen, mereka merasa bahwa mereka tidak lebih baik dari seekor tikus yang harus bekerja keras dalam mencari dan memilih makanan, karena jika tikus tidak pandai memilih makanan dia akan memakan racun dan akhirnya mati.
            Jika manusia menghalalkan segala cara hanya untuk mendapat keuntungan besar dunia, pasti dia akan mendapatkan kerugian di hari kemudian. Maka manusia hidup harus dilandasi dengan iman dan kesabaran, agar selamat dalam setiap tahap kehidupan.
            Akhirnya Nopendi dan Sidik tidak jadi menjual pepes tikus itu. Mereka memilih bekerja sesuai kemampuan asalkan halal dan tidak merugikan orang lain.
            Nopendi kesana-kemari untuk mencari pekerjaan tetapi ia tidak mendapatkanya. Setelah 2 bulan Nopendi mendapatkan undangan untuk mengikuti seleksi pemilihan artis yang diadakan WellyTV.Akhirnya ia terpilih,dan atas kerja kerasnya ia menjadi artis besar.
            Setelah sukses Nopendi tidak lupa dengan bisnis jahat yang dulu akan ia lakoni bersama Sidik. Nopendi pun mencari keberadaan Sidik di daerah Semarang. Ternyata angkringan terbesar dan paling terkenal di Semarang adalah milik Sidik teman bisnis jahat Nopendi dahulu. Akhirnya hidup mereka bahagia dan mereka juga sering menolong orang yang kesusahan.
            Namanya saja manusia, pastinya punya kesalahan dalam hidupnya. Nopendi pun juga begitu, gangguan keimanan didunia keartisan membuat ia ingin mencoba wanita pemuas nafsu. Awalnya ia hanya melirik dan akhirnya ia tertarik, setiap malam ia mengajak wanita-wanita nakal ke apartemennya. 3 tahun Nopendi menjalani kehidupan gelap, akhirnya ia pun sakit-sakitan.
            Suatu hari ia pergi ke rumah dokter Emon untuk memeriksa kesehatanya.
            “Pagi,mas.Silahkan duduk” kata asisten dokter Emon
            “Dokter Emon ada tidak?” Tanya Nopendi
            “Ada,mas. Sebentar saya panggilkan dulu” jawab asisten
            Asisten dokter Emon pergi ke belakang untuk memanggilkan sang dokter. Nopendi menunggu sambil melihat-lihat pasien yang berseliweran di ruang tunggu.
            “Panggilan kepada mas Nopendi” Suara panggilan dari dalam ruang periksa
            Nopendi langsung bergegas, karena ia tidak sabar ingin tahu apa penyakitnya.
            “Silahkan duduk,mas” Kata dokter
            Nopendi pun duduk.
            “Sakit apa,mas” Tanya dokter
            “Sudah 3 minggu saya demam, saya juga sariawan yang tidak sembuh-sembuh” Keluh Nopendi.
            Mendengar keluhan Nopendi sang dokter sudah curiga bahwa pasienya terkena AIDS. Tapi ia tidak mengatakan prekdisinya tersebut.
            “Silahkan berbaring di Kasur,mas” Dokter menyuruh Nopendi
            Mulai dari detak jantung,tekanan darah, juga mulut diperiksa dengan teliti. Tapi dokter tidak melihat ada kejanggalan dalam diri Nopendi.
            “Saya tidak menemukan penyakit dalam diri anda,mas. Bagaimana kalau saya cek darahnya?” Tanya dokter
            “Silahkan,pak” jawab Nopendi
            Akirnya Nopendi disuntik dan diambil darahnya. Rasa sakit suntikan dari dokter Nopendi tahan sehingga keringat membanjiri tubuhnya.
            “Au..au..au” Jerit Nopendi pelan
            “Sudah,mas.Hasilnya bisa kita ketahui 3 minggu lagi” Kata dokter Emon
            “Ya,pak.saya akan menunggu hasilnya dirumah.Terimakasih,pak” Jawab Nopendi
            “Sama-sama” Jawab dokter
            Nopendi pun pulang kerumah,dengan membawa rasa penasaran atas sakit yang ia derita. Dijalan ia bertemu seorang pengemis yang menggendong anak kecil yang kurus dan terus menangis. Nopendi pun iba padanya, lalu ia memberikan sedikit uang kepada pengemis itu dan meneruskan Perjalanan pulang.
            Setelah 3 minggu ia menunggu kepastian dari dokter, dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Dengan mengendarai mobilnya ia ngebut ke rumah praktek dokter Emon.
            “Pagi,pak.Bagaimana hasilnya”Tanya Nopendi tidak sadar
            “Ini,mas.Hasilnya silahkan dibaca” Jawab dokter dengan muka sedih
            Nopendi menerima kertas  hasil cek dari dokter,dan langsung membacanya. Ia terkejut dengan hasil yang diberikan dokter,akhirnya ia menangis karena hasil didalam kertas itu menyatakan bahwa Nopendi terkena AIDS.
            Nopendi keluar dari ruang periksa tanpa kata pamit kepada dokter. Ia langsung menuju parkiran untuk mengambil mobilnya dan langsung ngebut pulang. Nasib memang sudah ditulis oleh tuhan Nopendi pun kecelakaan hingga meninggal dunia dalam perjalanan pulangnya.








Selasa, 04 Maret 2014

Sabtu, 08 Februari 2014

KARYA SEDERHANA DARI KAMI