Kisah
Kasih Nopendi Dan Sidik
Karya:
Muhammad Rizal I.
Suara tikus merintih
kesakitan terdengar dari arah rumah Nopendi sore itu. Bau anyir darah diiringi
aroma bunga dan kemenyan mengiringi matahari yang akan pulang setelah menemani
langkah warga Desa Boja. Setiap orang yang melintas didepan rumah Nopendi pasti
berhenti kebingungan, sembil melihat kearah rumah kecil itu. Tetapi tak satupun
orang yang berani masuk bahkan mendekati rumah Nopendi. Warga desa tidak berani
masuk kerumah itu karena Nopendi adalah seorang dukun yang terkenal jahat, dan
suka mencari tumbal dalam ritual-ritualnya.
Sidik seorang pensiunan pembalap
yang saat ini bekerja sebagai penjual nasi kucing di daerah Semarang, belum
lama tinggal di Desa Boja dan belum mengenal sosok Nopendi. Sore itu Sidik
melintas di depan rumah Nopendi. Seperti warga yang lain, Sidik pun berhenti
dan menoleh kerumah Nopendi.
Sidik
pun tidak bisa menahan rasa penasaranya. Ia turun dari motor besarnya, dan
perlahan mendekati rumah itu. Ketika Sidik berada 3 meter dari pintu rumah,
tiba-tiba 5 Jin peliharaan Nopendi keluar menyerupai ular yang besar. Sidik
secara sepontan mengambil ranting kecil yang berada dibawahnya. Tapi Sidik
berfikir bahwa ranting kecil itu tidak mungkin bisa membunuh ular sebesar itu.
Sidik melangkah menjauh dari ular itu, akhirnya Sidik ingat akan kisah Nabi
Musa. Sidik pun berdo’a meminta perlindungan dari tuhan, lalu ia melemparkan
ranting kecil itu kearah ular jadi jadian milik Nopendi. Tiba-tiba ranting itu
berubah menjadi seekor ular yang lebih besar dari ular milik Nopendi, akhirnya
ular Sidik menang melawan ular Nopendi.
Sidik kembali mendekati pintu, dan
mencari celah agar bisa melihat keadaan didalam rumah. Sidik pun meneteskan air
mata, karena ia melihat ribuan tikus bergeletekan di dalam ember-ember besar.
Tetapi Sidik tidak melihat Nopendi didalam rumah itu.
Sidik tetap memantau keadaan dalam
rumah. Tiba-tiba ada orang yang mencubit bokong Sidik. Perlahan-lahan Sidik
menoleh kebelakang, ternyata orang itu adalah Nopendi yang tangan kirinya
berlumur darah dan tangan kananya memegang pisau besar.
“Jangan,pak..jangan
bunuh saya” ucap Sidik ketakutan.
“Tidak,mas.Saya
tidak akan membunuh anda,silahkan masuk!” Balas Nopendi
Dengan
tipu daya sihir akhirnya Sidik masuk kerumah Nopendi, ia pun duduk diatas
karung berisi beras.
“Tikus
sebanyak ini mau dibuat apa,pak?”Tanya Sidik
“Ohh..tikus-tikus
ini, sebenarnya adalah sebuah pemikiran kreatif diri saya, saya ingin mengolah
tikus-tikus ini menjadi pepes tikus” jawab Nopendi tanpa merasa dosa.
“Kenapa
anda membuat pepes berbahan dasar tikus,pak?apakah anda tidak merasa berdosa
melakukan ini?”Tanya Sidik kembali.
“Saya
merasa berdosa sebenarnya,mas.Tetapi di Desa Boja ini banyak tikus yang membuat
gagal panen para petani” Jawab Nopendi
“Tetapi
apakah konsumen tidak merasa jijik ketika menyantap pepes tikus ini?” Sidik
bartanya kembali.
“Perlu
anda tahu,mas.Bahwa penggemar pepes tikus di kabupaten ini begitu besar
dan terus bertambah setiap harinya.Kata
pelanggan pepes tikus ini lebih enak daripada pepes ikan” Jawab Nopendi. Sidik
terdiam mendengar semua pernyataan Nopendi.
“Apakah
ada efeknya ketika memakan pepes ini,pak?”Sidik kembali bertanya.
“Kalau
makan pepes ini pastinya ada efeknya,mas. Salah satunya akan membuat konsumen
merasakan sensasi terbang, selain itu pepes ini juga bisa menjaga kesehatan
gigi pada anak-anak” Jawab Nopendi.
Sidik
berfikir bahwa bisnis pepes tikus ini pasti menguntungkan. Akhirnya Sidik ingin
bekerjasama dengan Nopendi,agar angkringan miliknya bertambah sukses.
“Bagaimana
jika pepes tikus ini kita jual diangkringan milik saya,pak?lalu keuntungan
dapat kita bagi”Tawaran Sidik.
“Ide
yang bagus itu,mas.Dimana lokasi angkringan anda?”Tanya Nopendi.
“Ya
di Semarang sana,pak”jawab Sidik.
Dengan
muka bahagia Nopendi memandangi Sidik dan berkata “Oke.Jika,mas Sidik mau.
Besok pagi kita mencaci tikus dan siangnya akan saya olah”
“Baiklah,pak”
jawab Sidik
“Tapi
kapan saya harus mengirimnya ke Semarang?” Tanya Nopendi dengan muka berseri.
“Besok
kalau pepesnya sudah jadi sms saja,pak” balas Sidik.
“Oke,mas.Saya
minta nomer HP kamu!” Kata Nopendi.
“087739736210”
Sidik memberikan nomor HPnya
“Terimakasih,mas.Semoga
bisnis kita ini lancar”ucap Nopendi
“Amin”
jawab Sidik.
Akhirnya
Sidik pulang, sampai dirumah ia menyiapkan alat penangkap tikus. Setelah
selesai, ia langsung tidur agar besok tidak kesiangan.
Pagi
pagi sekali Sidik sudah bangun, ia langsung sholat subuh. Setelah Sidik sholat
subuh,ia langsung menuju rumah Nopendi untuk mencari tikus bersama-sama. Siang
harinya Nopendi langsung mengolah tikus hasil tangkapan agar menjadi pepes.
Pukul
4 sore, pepes Nopendi akhirnya jadi. Nopendi langsung mengabarkanya kepada
Sidik. Setelah beberapa saat akhirnya Sidik datang dengan membawa drum besar untuk
menyimpan pepes tikus agar tidak tertangkap polisi.
Mereka
berdua langsung pergi ke bandara untuk menuju ke Semarang. Ketika sampai di
bandara mereka melihat pemulung tua, yang membawa karung besar berisi sampah
plastik. Pemulung itu terlihat begitu lelah tetapi terus berjalan mencari
sampah demi menghidupi keluarganya.
Nopendi dan Sidik
berfikir bahwa dalam menjalani hidup kita tidak boleh hanya memikirkan
keuntungan yang besar untuk diri kita sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Mereka berfikir bahwa menjual pepes tikus ini sebenarnya merugikan para
konsumen, mereka merasa bahwa mereka tidak lebih baik dari seekor tikus yang
harus bekerja keras dalam mencari dan memilih makanan, karena jika tikus tidak
pandai memilih makanan dia akan memakan racun dan akhirnya mati.
Jika
manusia menghalalkan segala cara hanya untuk mendapat keuntungan besar dunia,
pasti dia akan mendapatkan kerugian di hari kemudian. Maka manusia hidup harus
dilandasi dengan iman dan kesabaran, agar selamat dalam setiap tahap kehidupan.
Akhirnya
Nopendi dan Sidik tidak jadi menjual pepes tikus itu. Mereka memilih bekerja
sesuai kemampuan asalkan halal dan tidak merugikan orang lain.
Nopendi
kesana-kemari untuk mencari pekerjaan tetapi ia tidak mendapatkanya. Setelah 2
bulan Nopendi mendapatkan undangan untuk mengikuti seleksi pemilihan artis yang
diadakan WellyTV.Akhirnya ia terpilih,dan atas kerja kerasnya ia menjadi artis
besar.
Setelah
sukses Nopendi tidak lupa dengan bisnis jahat yang dulu akan ia lakoni bersama
Sidik. Nopendi pun mencari keberadaan Sidik di daerah Semarang. Ternyata
angkringan terbesar dan paling terkenal di Semarang adalah milik Sidik teman
bisnis jahat Nopendi dahulu. Akhirnya hidup mereka bahagia dan mereka juga
sering menolong orang yang kesusahan.
Namanya
saja manusia, pastinya punya kesalahan dalam hidupnya. Nopendi pun juga begitu,
gangguan keimanan didunia keartisan membuat ia ingin mencoba wanita pemuas
nafsu. Awalnya ia hanya melirik dan akhirnya ia tertarik, setiap malam ia
mengajak wanita-wanita nakal ke apartemennya. 3 tahun Nopendi menjalani
kehidupan gelap, akhirnya ia pun sakit-sakitan.
Suatu
hari ia pergi ke rumah dokter Emon untuk memeriksa kesehatanya.
“Pagi,mas.Silahkan
duduk” kata asisten dokter Emon
“Dokter
Emon ada tidak?” Tanya Nopendi
“Ada,mas.
Sebentar saya panggilkan dulu” jawab asisten
Asisten
dokter Emon pergi ke belakang untuk memanggilkan sang dokter. Nopendi menunggu
sambil melihat-lihat pasien yang berseliweran di ruang tunggu.
“Panggilan
kepada mas Nopendi” Suara panggilan dari dalam ruang periksa
Nopendi
langsung bergegas, karena ia tidak sabar ingin tahu apa penyakitnya.
“Silahkan
duduk,mas” Kata dokter
Nopendi
pun duduk.
“Sakit
apa,mas” Tanya dokter
“Sudah
3 minggu saya demam, saya juga sariawan yang tidak sembuh-sembuh” Keluh
Nopendi.
Mendengar
keluhan Nopendi sang dokter sudah curiga bahwa pasienya terkena AIDS. Tapi ia
tidak mengatakan prekdisinya tersebut.
“Silahkan
berbaring di Kasur,mas” Dokter menyuruh Nopendi
Mulai
dari detak jantung,tekanan darah, juga mulut diperiksa dengan teliti. Tapi
dokter tidak melihat ada kejanggalan dalam diri Nopendi.
“Saya
tidak menemukan penyakit dalam diri anda,mas. Bagaimana kalau saya cek darahnya?”
Tanya dokter
“Silahkan,pak”
jawab Nopendi
Akirnya
Nopendi disuntik dan diambil darahnya. Rasa sakit suntikan dari dokter Nopendi
tahan sehingga keringat membanjiri tubuhnya.
“Au..au..au”
Jerit Nopendi pelan
“Sudah,mas.Hasilnya
bisa kita ketahui 3 minggu lagi” Kata dokter Emon
“Ya,pak.saya
akan menunggu hasilnya dirumah.Terimakasih,pak” Jawab Nopendi
“Sama-sama”
Jawab dokter
Nopendi
pun pulang kerumah,dengan membawa rasa penasaran atas sakit yang ia derita.
Dijalan ia bertemu seorang pengemis yang menggendong anak kecil yang kurus dan
terus menangis. Nopendi pun iba padanya, lalu ia memberikan sedikit uang kepada
pengemis itu dan meneruskan Perjalanan pulang.
Setelah
3 minggu ia menunggu kepastian dari dokter, dan saat ini adalah waktu yang
tepat untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Dengan mengendarai mobilnya
ia ngebut ke rumah praktek dokter Emon.
“Pagi,pak.Bagaimana
hasilnya”Tanya Nopendi tidak sadar
“Ini,mas.Hasilnya
silahkan dibaca” Jawab dokter dengan muka sedih
Nopendi
menerima kertas hasil cek dari
dokter,dan langsung membacanya. Ia terkejut dengan hasil yang diberikan
dokter,akhirnya ia menangis karena hasil didalam kertas itu menyatakan bahwa
Nopendi terkena AIDS.
Nopendi keluar dari ruang periksa
tanpa kata pamit kepada dokter. Ia langsung menuju parkiran untuk mengambil
mobilnya dan langsung ngebut pulang. Nasib memang sudah ditulis oleh tuhan
Nopendi pun kecelakaan hingga meninggal dunia dalam
perjalanan pulangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar